<br />
<a href="http://trendmesin.blogspot.co.id/2013/09/mesin-pembuat-tusuk-gigi.html">Sejarah Mesin Tusuk Gigi</a>
trendmesin. Industri mesin tusuk gigi pertama kali dikembangkan oleh Charles Forster pada tahun 1869. Ia terinspirasi oleh kebanyakan penduduk Brasil yang giginya tertata rapi karena menggunakan tusuk gigi kayu yang saat itu masih dibuat secara manual. Sehingga diapun memanfaatkan peluang bisnis tusuk gigi dengan menciptakan mesin pembuat tusuk gigi. Namun entah bagaimana ceritanya pada tahun 1872 mesin pembuat tusuk gigi juga dipatenkan oleh Silas Nobe dan J. P. Cooley.
Dulu sebelum adanya mesin pembuat tusuk gigi bahkan sebelum sikat gigi diciptakan orang membersihkan giginya dengan kayu pembersih gigi yang keras atau lembut. Tusuk gigi yang terbuat dari perunggu telah ditemukan di antara barang-barang yang dikuburkan dalam makam-makam pra-sejarah di Italia Utara dan di Alpen Timur atau yang terkenal dengan sebutan Mesopotamia. Pada abad ke-17, tusuk gigi dianggap barang mewah yang setara dengan perhiasan, karena dibuat dari logam mulia dihiasi batu-batu berharga.
Charles Forster adalah pelaku marketing yang cerdas. Dia sangat jeli membaca peluang bisnis dan mampu menjual sesuatu yang tidak bisa orang lain jual. Pada saat tinggal di Brazil untuk bekerja dengan pamannya yang menjalankan bisnis ekspor/impor, dia melihat kebanyakan gigi penduduk asli Brazil terlihat rapi.
Setelah Forster tahu tusuk gigi kayu (yang dibuat secara manual) adalah alasan yang membuat gigi penduduk Brazil tertata rapi, diapun mendapat peluang bisnis yang sangat menjanjikan. Sehingga dari situ dia lalu berpikir untuk bisa membuat tusuk gigi kayu dalam jumlah banyak, dan dalam waktu singkat.
Akhirnya Forster sampai pada pemikiran untuk membuat mesin pembuat tusuk gigi kayu. Dan memang pada saat itu revolusi industri sedang mencapai momentum terbaik. Forster kemudian merangkul ahli mesin asal Boston, Benjamin Franklin Sturtevant, yang sebelumnya telah membuat mesin pembuat sepatu yang alas bawahnya berbahan kayu.
Dengan mesin tusuk gigi buatan Benjamin inilah Forster berhasil memproduksi tusuk gigi kayu dalam jumlah banyak. Di tahun 1870, dia mampu memproduksi jutaan tusuk gigi kayu dalam satu hari. Untuk mendongkrak penjualan tusuk giginya Forster meyakinkan kepada pemilik restoran bahwa tusuk gigi bisa menjadi bagian dari layanan yang bisa menarik konsumen. Bersamaan dengan itu dia menyewa beberapa orang untuk makan di restoran-restoran. Setelah makan, orang-orang yang disewa ini harus menanyakan tusuk gigi kepada pemilik restoran.
Sehingga dengan cara ini, akhirnya pemilik restoran menjadi percaya bahwa tusuk gigi merupakan layanan yang harus diberikan kepada konsumen. Dari sinilah kemudian para pemilik restoran merasa perlu untuk membeli tusuk gigi kepada Forster. Mulai saat itulah tusuk gigi menjadi menjadi sangat popular dan bagian dari ‘gaya hidup’ konsumen restoran.
Charles Forster adalah pelaku marketing yang cerdas. Dia sangat jeli membaca peluang bisnis dan mampu menjual sesuatu yang tidak bisa orang lain jual. Pada saat tinggal di Brazil untuk bekerja dengan pamannya yang menjalankan bisnis ekspor/impor, dia melihat kebanyakan gigi penduduk asli Brazil terlihat rapi.
Setelah Forster tahu tusuk gigi kayu (yang dibuat secara manual) adalah alasan yang membuat gigi penduduk Brazil tertata rapi, diapun mendapat peluang bisnis yang sangat menjanjikan. Sehingga dari situ dia lalu berpikir untuk bisa membuat tusuk gigi kayu dalam jumlah banyak, dan dalam waktu singkat.
Akhirnya Forster sampai pada pemikiran untuk membuat mesin pembuat tusuk gigi kayu. Dan memang pada saat itu revolusi industri sedang mencapai momentum terbaik. Forster kemudian merangkul ahli mesin asal Boston, Benjamin Franklin Sturtevant, yang sebelumnya telah membuat mesin pembuat sepatu yang alas bawahnya berbahan kayu.
Dengan mesin tusuk gigi buatan Benjamin inilah Forster berhasil memproduksi tusuk gigi kayu dalam jumlah banyak. Di tahun 1870, dia mampu memproduksi jutaan tusuk gigi kayu dalam satu hari. Untuk mendongkrak penjualan tusuk giginya Forster meyakinkan kepada pemilik restoran bahwa tusuk gigi bisa menjadi bagian dari layanan yang bisa menarik konsumen. Bersamaan dengan itu dia menyewa beberapa orang untuk makan di restoran-restoran. Setelah makan, orang-orang yang disewa ini harus menanyakan tusuk gigi kepada pemilik restoran.
Sehingga dengan cara ini, akhirnya pemilik restoran menjadi percaya bahwa tusuk gigi merupakan layanan yang harus diberikan kepada konsumen. Dari sinilah kemudian para pemilik restoran merasa perlu untuk membeli tusuk gigi kepada Forster. Mulai saat itulah tusuk gigi menjadi menjadi sangat popular dan bagian dari ‘gaya hidup’ konsumen restoran.